Teater Gema Hidupkan Kisah Pemburu Paus & Luka Psikologis di Atas Kapal
jateng.jpnn.com, SEMARANG - Teater Gema Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) kembali menghadirkan pertunjukan teater melalui pementasan Where the Cross is Made, karya dramawan Amerika Serikat Eugene O’Neill (1888-1953).
Pertunjukan yang digelar di Gedung Balairung UPGRIS, Kamis (5/11), berhasil memukau lebih dari 1.000 penonton yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, guru, pelaku teater, hingga masyarakat umum dari dalam dan luar Kota Semarang.
Drama satu babak ini mengisahkan Nat Bartlett, seorang lelaki yang terbelenggu trauma masa kecil akibat obsesi ayahnya, Kapten Isaiah Bartlett. Dalam pementasan berdurasi 90 menit yang disutradarai Afrian Baskoro, naskah klasik terbitan 1923 ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Kartikawati, asisten sutradara, sehingga lebih dekat dengan penonton lokal.
Baskoro menekankan relevansi tema naskah dengan fenomena sosial saat ini, terutama pola asuh obsesif yang dapat meninggalkan dampak psikologis mendalam pada anak.
“Harapannya, masyarakat lebih berhati-hati dalam menanamkan nilai kepada anak, agar tidak ada lagi trauma seperti yang dialami Nat,” ujar Baskoro.
Setting panggung menyerupai kapal besar menjadi daya tarik utama, membawa penonton ke suasana pesisir yang mencekam. Ditambah dengan ilustrasi musik akrobatik, atmosfer teater ini menciptakan pengalaman petualangan yang menegangkan.
Aktor Akhmad Sofyan Hadi alias Ian, seorang guru dari Kendal, tampil memukau sebagai Kapten Isaiah Bartlett. Dia menggambarkan dengan apik obsesi yang membingungkan batas antara kenyataan dan ilusi.
“Pentas ini mengingatkan kita pada sejarah perburuan paus untuk minyak sebelum dunia mengenal minyak bumi. Juga, obsesi seorang ayah kepada anaknya yang melampaui batas,” ungkap Ian.
Teater Gema Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) kembali menghadirkan pertunjukan teater melalui pementasan Where the Cross is Made.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News