Mahasiswa Indonesia Bersatu Menolak Neo-Orba
Reyhan mengatakan pembagian cetakan hasil kajian tersebut bertujuan membangun kesadaran bersama bahwa masih ada persoalan-persoalan penting yang belum terselesaikan namun kemudian ditutup-tutupi dengan berbagai cara oleh para pelakunya.
Terlebih pihak-pihak para pelaku tersebut kini punya kepentingan politik bersama untuk meraih kekuasaan lewat Pilpres 2024.
"Dalam hasil kajian yang kami cetak dan kami bagi-bagikan tersebut, kami ungkap kasus penculikan aktivis dan daftar korban yang hingga kini masih hilang," katanya.
Dia juga mengatakan pihaknya mengungkap soal pemerkosaan konstitusi hingga melahirkan anak haram konstitusi yang kini melenggang maju dalam kontestasi Pilpres 2024.
"Semua kalangan harus disadarkan bahwa sedang ada ancaman besar bagi Indonesia ke depan jika para pelaku kejahatan HAM dan pelanggar konstitusi berkuasa," katanya.
Pemilihan tanggal 11 bulan 1 pukul 11, menurut Rayhan, adalah kesepakatan bersama gerakan mahasiswa dengan mengambil makna simbolis dari waktu itu.
Satu angka yang sama berjajar tersebut bermakna konsistensi untuk bersatu terus menerus memperjuangkan kebenaran.
"Kami sepakat bergerak bersama secara serentak di seluruh Indonesia. Kami terus bersatu untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Selanjutnya kami yakin bahwa kebenaran dan keadilan itu akan akan mencari jalannya sendiri," tutur Rayhan. (mcr21/jpnn)
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa Indonesia Bersatu (MIB) menolak neo-Orba.
Redaktur : Danang Diska Atmaja
Reporter : Romensy Augustino
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News