Pelaku Usaha di Sekitar Masjid Sheikh Zayed Solo Menolak Pembangunan Pedestrian, Apa Alasannya?
jateng.jpnn.com, SOLO - Sejumlah pelaku usaha di Jalan Ahmad Yani Gilingan, Solo atau timur Masjid Raya Sheikh Zayed menolak rencana pembangunan pedestrian (jalur pejalan kaki) yang bersumber dari dana hibah UEA. Mereka pun meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta untuk mengkaji ulang kebijakan itu.
Salah seorang pelaku usaha Sayana mengungkapkan bahwa dia telah mendapatkan sosialisasi dari Pemkot Surakarta terkait pembangunan pedestrian itu pada 17 Juli 2024.
Pemerintah berencana membangun pedesterian dilengkapi dengan lampu-lampu ala Timur Tengah.
Menurut Sayana konsep pembangunan akan berdampak besar bagi pelaku sejumlah yang memiliki kios. Kebanyakan para pemilik kios khawatir usahanya akan mati total mengingat banyaknya proses bongkar muat yang harus dilakukan.
"Kami semua sepakat untuk menolak pembangunan pedestarian. Karena khawatir usahanya akan mati, kan, tidak ada lagi lahan parkir. Itu salah satu yang kenapa kami menolak, itu juga berdampak langsung mata pencaharian," ujar pengusaha reklame itu saat ditemui, Selasa (23/7).
Sayana juga menilai pembangunan pedestrian di kawasan Blok D minim manfaat.
"Ini, kan, minim manfaat. Manfaatnya tidak terlalu. Kalau pemerintah membangun ini untuk fasilitas jalan pengunjung Masjid Al Zayed itu, kan, jarang sekali ada yang jalan kaki dari sebelah timur," ujarnya.
Hal senada diungkapkan karyawan Ganesha Corporation Sapta yang juga khawatir dengan konsep pedestrian itu. Pasalnya setelah proses pembangunan pedesterian Pemkot Surakarta menerapkan larangan parkir di bahu kawasan Blok D.
Sejumlah pelaku usaha di Jalan Ahmad Yani Gilingan, Solo atau timur Masjid Raya Sheikh Zayed menolak rencana pembangunan pedestrian (jalur pejalan kaki).
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News