Panggung Teater Beta Pulangkan Emak: Kisah Pedih Keluarga Kecil di Tengah Jerat Ekonomi

Kamis, 19 Desember 2024 – 00:00 WIB
Panggung Teater Beta Pulangkan Emak: Kisah Pedih Keluarga Kecil di Tengah Jerat Ekonomi - JPNN.com Jateng
Salah satu adegan dalam pertunjukan Pulangkan Emak adaptasi dari naskah Tuhan, Tolong Bunuh Emak oleh Teater Beta di Auditorium Kampus 1 UIN Walisongo, Semarang, Selasa (17/12). Foto: Danang Diska Atmaja/JPNN

jateng.jpnn.com, SEMARANG - "Seperti lepas rasanya dengkul ini meminta Tuhan untuk menyembuhkan Emak. Berkali kali bersimpuh meminta sampai tak bisa lagi kuucapkan kalimat dari mulutku. Di mana Dia? Ketika kita terjepit begini, di mana Dia? Di mana Tuhan?."

Penggalan dialog di atas diucapkan seorang tokoh bernama Bekti dalam panggung teater yang dipentaskan Kelompok Pekerja Teater [KPT] Beta Semarang dengan judul Pulangkan Emak.

Pertunjukan teater yang diadaptasi dari naskah Tuhan, Tolong Bunuh Emak karya Yessy Natalia (teaterawan kelahiran Malang, 25 Desember 1972) itu dipentaskan di Auditorium Kampus 1 Universitas Negeri Islam (UIN) Walisongo, Semarang, pada Selasa (17/12).

Menggambarkan kompleksitas hubungan keluarga dalam konteks tekanan ekonomi yang menghimpit, sekaligus menyentil realitas sosial yang kerap terjadi di masyarakat, Teater Beta cukup mampu mengaduk-aduk ratusan penonton yang hadir.

Mengisahkan Bekti yang diperankan Lukman -mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo-, seorang kepala keluarga yang berada di tengah pusaran masalah hidup: merawat ibunya yang menderita kanker, membiayai pendidikan kedokteran anaknya, dan melunasi utang pada rentenir.

Sutradara Alifian memilih pendekatan realis dalam penggambaran adegan, dengan montase yang menggambarkan elemen-elemen rumah seperti kursi, meja makan, cermin hias, dan kamar. Penataan panggung dimulai dengan Minah yang diperankan oleh Silvi menyentuh tubuh Emak yang terbaring di ranjang.

Di tengah suasana yang tenang, tokoh Bekti tiba-tiba muncul mengendarai sepeda motor. Dia duduk di kursi depan, membuka amplop berisi uang yang baru diterimanya, dengan pandangan kosong yang tampaknya jauh dari kenyataan, hingga dia disadarkan oleh Minah. Minah kemudian memperlihatkan adegan menginjak kecoa, yang menjadi simbol bahwa rumah tersebut sudah dipenuhi masalah, di mana kecoa makin mengganggu dan meresahkan kehidupan mereka.

Bekti, yang bekerja sebagai pramubakti dan sesekali mengojek setelah jam kerja, menghadapi kenyataan pahit bahwa gajinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya. Meskipun ada harapan melalui gaji ke-13 dan bonus, utang yang menumpuk, biaya obat ibunya yang menderita kanker, dan biaya kuliah anaknya, membuat Bekti terpojok.

Teater Beta Semarang mengangkat kisah Bekti dan keluarga kecilnya dalam keluar dari himpitan ekonomi di pertunjukan Pulangkan Emak.
Facebook JPNN.com Jateng Twitter JPNN.com Jateng Pinterest JPNN.com Jateng Linkedin JPNN.com Jateng Flipboard JPNN.com Jateng Line JPNN.com Jateng JPNN.com Jateng

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News