Panggung Teater Beta Pulangkan Emak: Kisah Pedih Keluarga Kecil di Tengah Jerat Ekonomi
Utangnya kepada rentenir makin menekan, bahkan jaminan berupa motornya pun disita. Puncaknya, bos melalui tukang tagihnya, Jaul dan Jali (diperankan Alfa dan Azka) menawarkan jalan keluar dengan menikahkan anak Bekti, Wiyarti (diperankan Shofi), dengan si bos, sebagai cara untuk mengurangi utang.
Tentunya, Bekti terjebak dalam dilema berat, antara membayar utang, membeli obat untuk ibunya, atau membayar kuliah anaknya. Sementara itu, istrinya, Minah, menyerahkan seluruh keputusan keluarga kepada Bekti, dengan keyakinan bahwa kepala keluarga yang harus membuat keputusan besar ini.
Meski tampaknya Minah menunjukkan sikap taat dan mendukung suaminya, hal ini justru memberi beban psikologis kepada Bekti, seolah dia sendirilah yang harus memikul seluruh akibat dari keputusan yang diambil. Sikap Minah dapat dilihat sebagai ketaatan seorang istri, tetapi dalam konteks sosial, seorang istri seharusnya juga dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan yang melibatkan kesejahteraan bersama.
Konflik bertambah tajam ketika Wiyarti pulang ke rumah dan mendapati orang tuanya sedang bertengkar. Dia tak tahan lagi dengan kondisi itu dan menginginkan kehidupan yang riang seperti dulu sebelum sang Emak (diperankan Fika) terserang kanker. Terlebih, tiba-tiba Bekti meminta Wiyarti mau dinikahkan dengan si bos. Dia pun minggat dari rumah.
Ketidakpastian dan keputusasaan juga terungkap dalam dialog Bekti yang merasa terjepit dan bertanya-tanya di mana Tuhan saat dirinya meminta kesembuhan untuk ibunya. Di tengah keterbatasan ekonomi dan kesehatan, Bekti merasa doa-doanya tak didengar.
Bekti membayangkan kerangka kehidupan yang terbatas, dia hanya ingin Emak sembuh, tetapi masalah yang dihadapinya terasa tak terpecahkan. Emak pun mencoba untuk meminimalisir beban yang diberikan kepada anak-anaknya dengan mengatakan dia bukan lagi kewajiban Bekti.
Dalam keputusasaan, Bekti melontarkan doa yang getir, meminta Tuhan untuk mengakhiri penderitaan ibunya agar beban hidupnya berkurang. Disaat itulah alter ego Bekti -kepribadian lain yang ditampilkan dan berbanding terbalik dengan kehidupan nyatanya- muncul dengan digambarkan sebagai sosok 'arwah'.
Alifian mengatakan pementasan ini merupakan kritik terhadap sistem ekonomi, bagaimana ketidaksetaraan dan sistem utang yang mencekik masyarakat kecil menciptakan lingkaran penderitaan yang sulit diputus.
Teater Beta Semarang mengangkat kisah Bekti dan keluarga kecilnya dalam keluar dari himpitan ekonomi di pertunjukan Pulangkan Emak.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News