Tempeleng Jurnalis, Ipda Endry Dihantui Penyesalan: Mungkin Tak Bisa Tidur

jateng.jpnn.com, SEMARANG - Direktur Pemberitaan Perum LKBN Antara Irfan Junaidi menanggapi insiden kekerasan terhadap pewarta foto Makna Zaezar oleh anggota tim pengamanan Kapolri, Ipda Endry Purwa Sefa, yang terjadi di Stasiun Semarang Tawang, Sabtu (5/4).
Menurutnya, kejadian itu menjadi bahan refleksi dan koreksi bersama, baik bagi institusi pers maupun kepolisian.
"Kita sama-sama di lapangan menjalankan tugas untuk melayani masyarakat. Saya berharap ke depan pola pengamanan atau penanganan terhadap rekan-rekan media bisa dilakukan dengan lebih humanis dan profesional," ujar Irfan di Kantor Berita Antara Biro Jawa Tengah, Minggu (6/4) malam.
Irfan juga mengapresiasi sikap Ipda Endry yang datang langsung dari Jakarta untuk meminta maaf kepada korban. Menurutnya, langkah itu menunjukkan adanya penyesalan yang mendalam atas tindakan kekerasan yang dilakukan.
"Secara kesatria beliau datang malam-malam ke sini untuk minta maaf. Mungkin sejak kejadian itu juga tidak bisa tidur, merasa kepikiran, kok bisa sampai terjadi seperti itu," kata Irfan.
Dia menegaskan bahwa Antara akan tetap menjalankan tugas jurnalistik secara profesional dan objektif. Dia berharap kerja sama antara pers dan institusi seperti Polri bisa terus dibina dan diperkuat demi kepentingan publik.
"Kami mohon agar ke depan rekan-rekan jurnalis bisa menjalankan tugas dengan nyaman dan profesional. Informasi yang kami sajikan ke masyarakat akan lebih utuh dan bermanfaat jika kami bisa bekerja dengan baik tanpa tekanan," ujar Irfan.
Dia juga menyatakan insiden ini hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, agar tidak terulang di masa depan. Irfan menganggap pertemuan malam itu sebagai titik klarifikasi yang menyudahi persoalan.
Mungkin sejak kejadian itu, kata Irfan, Ipda Endry tidak bisa tidur, merasa kepikiran, kok bisa sampai terjadi seperti itu.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News