Seribu Ketupat di Lereng Gunung Muria Kudus

jateng.jpnn.com, KUDUS - Sebuah tradisi penuh makna kembali menggema dari lereng Gunung Muria. Ribuan warga memadati Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Senin pagi (7/4), untuk menyambut Parade Sewu Kupat Muria, sebuah perayaan Syawalan unik yang dirayakan dengan arak-arakan seribu ketupat menuju Makam Sunan Muria.
Sebanyak 23 gunungan ketupat dan ratusan lepat (kudapan ketan) diarak dari rumah Kepala Desa Colo menuju Masjid Sunan Muria, disertai ritual ziarah, tahlil, dan doa bersama.
Tradisi ini tak hanya menjadi simbol syukur usai Ramadan, tetapi juga pengikat harmoni warga dan bentuk pelestarian budaya Islam-Jawa.
Dari masjid, rombongan melanjutkan kirab ketupat sejauh satu kilometer menuju Taman Ria Colo. Dipimpin ulama setempat, warga membawa gunungan sambil bersalawat dan bertakbir. Yang menarik, sebelum kirab dimulai, peserta mencuci tangan dan kaki dengan air gentong warisan Sunan Muria, ritual sakral yang dipercaya membawa keberkahan.
Bupati Kudus Sam’ani Intakoris menyebut parade ini sebagai kekayaan budaya Kudus yang pantas dicatat dalam Rekor MURI.
“Tahun depan, kami usulkan. Ini bukan hanya parade makanan, tetapi ekspresi syukur dan simbol religiusitas masyarakat Kudus,” ujarnya.
Tradisi yang sudah berjalan sejak 2007 ini dipelopori oleh Musthofa, anggota DPR RI asal Kudus. Dia menyebut Sewu Kupat tak sekadar seremoni, tetapi juga momen silaturahmi massal yang memperkuat karakter masyarakat religius Kudus.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus Mutrikah menegaskan pihaknya tengah menyusun konsep pendaftaran MURI.
Ribuan warga memadati Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Senin pagi (7/4), untuk menyambut Parade Sewu Kupat Muria.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News