Monolog Paramita: Denyut Perlawanan Nyai Ontosoroh di Masa Modern

Minggu, 04 Mei 2025 – 09:50 WIB
Monolog Paramita: Denyut Perlawanan Nyai Ontosoroh di Masa Modern - JPNN.com Jateng
Indah Sri Nofitasari dalam monolog Paramita karya Anton Sudibyo dengan sutradara Nila Dianti di Gedung Serba Guna Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Rabu (30/4) malam. FOTO: Dokumen untuk JPNN.com.

Aktris turut mengajak ratusan penonton larut dalam cerita yang dipentaskan dengan menyanyikan lagu berjudul Kalau Kau Suka Hati.

"Jika Ontosoroh kalah meski telah melawan sehormat-hormatnya, Paramita tak mau menyerah begitu saja. Sendirian dia membangun bisnisnya kembali, berjuang demi mencapai kesuksesan dan kesempurnaan yang diidamkannya," ujar Nila Dianti.

Sementara itu, Anton Sudibyo mengatakan Ontosoroh diceritakan hidup di masa kolonial Belanda. Namun, kisahnya masih ditemukan pada banyak perempuan Indonesia di masa sekarang.

"Perempuan dijual jadi pekerja malam atau istri kontrak kan banyak, kalau kita hormat pada Ontosoroh, kenapa kita tidak bisa menghormati para perempuan hebat di luar sana dengan segala kisah perjuangan dan pengorbanannya," katanya.

Pertunjukan kurang dari 60 menit itu merupakan pertunjukan produksi ke-8 Himpunan Alumni Emka sejak berdiri 2019.

Pentas monolog ini pun melibatkan tiga aktor yang menjadi pembuka pertunjukan. Mereka ialah Syarif Ubaidillah, Ponco Adi Nugroho dan Mahran Nazih.

Monolog Paramita ini berangkat dari kisah Ontosoroh yang masih ditemukan pada banyak perempuan Indonesia di masa sekarang.

Redaktur : Danang Diska Atmaja
Reporter : Wisnu Indra Kusuma

Facebook JPNN.com Jateng Twitter JPNN.com Jateng Pinterest JPNN.com Jateng Linkedin JPNN.com Jateng Flipboard JPNN.com Jateng Line JPNN.com Jateng JPNN.com Jateng
JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News