Syiir Puji-pujian dari Kendal Membawa Setia Naka Andrian Raih Gelar Doktor
Naka bilang, dengan penelusuran atas teks syiir puji-pujian itu, hidup akan lebih bergairah. Meski dia bersama kawan-kawan komunitasnya telah menggarap beberapa hal lain yang tak lepas dari isu-isu tentang Kendal, maka 2020 itu dipilihlah penelitian syiir puji-pujian.
"Maka berburulah kami habis-habisan. Mungkin ini yang paling saya syukuri pula, ketika kerja-kerja kreatif berkomunitas bisa saya gunakan pula untuk kebutuhan studi,” tuturnya.
Dia mencoba menawarkan syiir puji-pujian yang terlahir dari kehidupan masyarakat pesisir dan juga lingkungan Kendal sebagai Kota Santri.
Setidaknya, jika masyarakat pesisir yang cenderung terbuka, keras, dan blak-blakan itu akan terbalut dengan kehalusan masyarakat santri dengan nilai-nilai keagamaannya.
Syiir puji-pujian itu termasuk dalam pencirian sastra pesantren, seperti halnya yang ditegaskan oleh Thohir, yakni syiir yang menggunakan bahasa Jawa, bahasa Arab, kadang bercampur bahasa Arab dan Jawa.
Tulisan yang dipakai kecenderungannya adalah tulisan Arab-Jawa (pegon), berisi tentang tauhid, fikih, ilmu kalam, dan doa-doa, serta biasanya lahir dan berkembang di kawasan pondok pesantren.
"Akan tetapi, dalam penelitian ini syiir puji-pujian ditemukan dan berkembang di masyarakat kampung dari kiai-kiai kampung dan warga kampung yang bukan dari lingkungan pesantren," katanya.
Penulis buku Orang-orang Kalang ini menyebut syair puji-pujian itu dilantunkan khusus untuk masyarakat santri pinggiran, yakni bagi mereka yang bukan santri yang hidup di lingkungan pondok pesantren.
Angkat syiir puji-pujian dari Kendal, dosen UPGRIS Setia Naka Andrian meraih gelar doktor Ilmu Pendidikan Bahasa di Universitas Negeri Yogyakarta.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News