Tangis Ibunda dr Aulia Mencari Keadilan, Ungkap Pedihnya Sang Putri di PPDS Undip
"Kemudian saya menghadap, untuk minta perlakuan tidak seperti itu sama kaprodi, dijawabnya bahwa itu untuk melatih mental dalam menghadapi berbagai pasien. Saya sampaikan, apakah tidak ada cara lain?," katanya.
Nuzmatun berulang kali menghadap. Namun, lagi-lagi tanggapannya tak sesuai ekspektasi. Putrinya yang menderita sakit saraf kejepit itu terus mendapat perlakuan yang kurang mengenakan dengan perundungan.
"Termasuk bentakan, sementara saya mendidik anak saya dengan cara halus, lemah lembut, begitu masuk PPDS dididik dengan kata-kata yang kasar, suara yang menggelegar, anak saya ketakutan karena dia sangat takut dengan bentakan-bentakan," katanya.
Akhirnya, Nuzmatun hanya bisa pasrah melihat penderitaan yang dialami putrinya. Dengan kondisi sakit, putrinya dipaksa membawa makanan dan minuman untuk para seniornya dari lantai satu ke lantai dua.
"Anak saya sudah operasi dua kali. Kejam sekali, sampai kakinya pincang-pincang dan diseret-seret. Pernah telat mengantar makanan ke seniornya, dihukum berdiri satu jam. Saya bilang ke kaprodi, dijawab 'saya dulu lima jam'. Anak saya kakinya bengkak, ya Allah," ujar Nuzmatun, tak kuasa menahan tangis.
Kini, dirinya telah menyerahkan proses hukum di Kepolisian Daerah atau Polda Jateng. Harapan akan keadilan atas kematian sang putri menjadi kian terbuka setelah Undip dan RSUP Dr Kariadi mengakui adanya budaya perundungan.
"Saya tidak hanya memohon, tetapi bantulah saya. Anak saya sudah tidak ada, anak saya harusnya sekolah cari ilmu, tetapi apa yang didapat. Jadi tolong bantu saya mencari keadilan, tidak hanya satu nyawa, tetapi suami saya yang seharusnya mendampingi saya, tetapi sekarang apa Tolong batu saya untuk mencari keadilan, Allah, Ya Allah," kata Nuzmatun yang tak tahan membendung tangis. (mcr5/jpnn)
Ibunda dr Aulia mengungkap pedihnya sang putri menempuh PPDS Undip, tangisnya pecah mencari keadilan.
Redaktur : Danang Diska Atmaja
Reporter : Wisnu Indra Kusuma
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News