Budiman Sudjatmiko: Kasihan Pak Jokowi
Menurut dia, kualifikasi pemimpin ada dua jalan, yakni aspek kuantitatif dan aspek kualitatif.
"Nah menurut saya, yang terlalu heavy, terlalu berat, sekarang banyak orang ngomong kuantitatifnya ya, yang kualitatifnya kurang. Indonesia mau dibawa ke mana setelah jadi pemimpin itu jarang terbicarakan," ujar pria asli Cilacap itu.
Dalam hal ini, dia mengibaratkan presiden sebagai seorang sopir, sedangkan Indonesia merupakan bus yang akan dibawa.
Menurut dia, yang terjadi saat ini membicarakan siapa sopirnya, tetapi tidak pernah dibicarakan bus yang akan dikemudikannya itu mau dibawa ke mana.
"Jadi, saya tidak terlalu tertarik bicara sopir. Saya lebih tertarik bus Indonesia ini mau dibawa tujuannya ke mana," ucapnya menegaskan.
Budiman mengaku tidak menganggap serius jika saat sekarang orang-orang meneriakkan "ini jadi sopirnya" atau "itu jadi sopirnya".
Dia menyayangkan dalam waktu dua tahun yang masih tersisa ini, sudah meneriakkan siapa yang akan menjadi presiden ke depan.
"Padahal, kita belum menentukan bus itu mau ke mana, perjalanan dua jam lagi, kita belum menentukan mau pergi ke mana, kita sudah ributkan sopirnya," imbuh Budiman.
Budiman Sudjatmiko menyayangkan sejumlah pihak yang sudah membicarakan capres 2024. Menurutnya, hal itu masih terlalu dini.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News