Puncak Kemarau, BMKG Minta Masyarakat Jawa Tengah Mewaspadai Hal Ini
jateng.jpnn.com, CILACAP - Masyarakat Jawa Tengah khususnya wilayah selatan diimbau untuk mewaspadai penurunan suhu udara pada puncak musim kemarau karena dapat mengakibatkan daya imun menurun.
"Suhu udara minimum diprediksi terus menurun, dari beberapa hari lalu tercatat 26 derajat Celcius, saat ini menjadi 23 derajat Celcius sehingga udara terasa dingin, dan diprediksi akan mencapai puncak minimumnya pada bulan Agustus nanti," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Selasa (16/7).
Menurut dia, penurunan suhu udara tersebut berkaitan dengan datangnya puncak musim kemarau yang dipengaruhi oleh angin Monsoon Australia.
Khusus untuk Kabupaten Cilacap yang berada di wilayah pantai, kata dia, berdasarkan data statistik suhu minimum yang terkumpul mulai 1975 sampai dengan akhir Juli 2020, suhu paling minimum di Cilacap pernah terjadi pada tanggal 14 Agustus 1994 yang tercatat 17,4 derajat Celsius, sedangkan suhu maksimum saat itu hanya 25,8 derajat Celcius dan rata-ratanya 22,9 derajat Celcius.
Dia mengatakan untuk wilayah dataran tinggi atau pegunungan, suhu udara akan lebih dingin daripada suhu di wilayah pesisir.
"Bila tidak ada alat ukur, bisa menghitung dengan laju penurunan suhu 0,5 derajat Celcius per kenaikan 100 meter ketinggian tempat," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat agar menjaga kesehatan karena penurunan suhu udara dapat menurunkan daya imun.
Disinggung mengenai prakiraan cuaca di wilayah Jateng bagian selatan untuk 3 hari ke depan, dia memprakirakan secara umum cerah hingga berawan, suhu udara berkisar 23-30 derajat Celcius, kelembapan berkisar 60-80 persen, dan kecepatan angin berkisar 5-25 kilometer per jam dari arah timur.
BMKG mengimbau agar masyarakat Jawa Tengah khususnya daerah selatan untuk mewaspadai penurunan suhu udara di puncak kemarau.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News