Keluarga Siswa Korban Penembakan di Semarang Diintervensi, Diminta 'Mengikhlaskan'
Agung tak menyangka ada seorang wartawan bisa masuk ke rumahnya, dan mencoba campur tangan dalam kasus kematian keponakannya. Pasalnya, saat Kombes Irwan tiba, ada dua wartawan yang izin meliput, tetapi diusir.
"Yang pertama bilang itu wartawannya, saya baru tahu namanya belakangan ini. Saat itu dia pulangnya duduk semobi di sebelah Pak Kapolrestabes. Ciri-cirinya putih, agak gempal, pakai baju biru, saya tidak tahu dari media mana, pokoknya dia mengaku sebagai wartawan," katanya.
Bahkan, sebelum Kombes Irwan dengan oknum wartawan itu pamit, dia sempat meminta dokumentasi foto yang diambil agar tidak disebarkan. Namun, dia kaget foto-foto itu tersebar di media sosial.
"Pertemuannya setengah jam. Saya pun kira foto-foto itu tidak disebar, ternyata malah disebarkan ke media sosial, saya tidak terima karena ada dua wartawan datang diusir malah ini bawa wartawan," katanya.
Seperti diketahui, Gamma merupakan seorang siswa SMK N 4 Semarang meninggal dunia karena luka tembak yang dilakukan Aipda Robig Zaenudin.
Peluru pertama mengenai pinggul kanan GRO hingga meninggal dunia. Sementara peluru kedua menyerempet dada AD, lalu mengenai tangan kiri SA.
Korban meninggal dunia di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi Semarang pada Minggu (24/11) sekitar pukul 01.58 WIB. Akan tetapi, polisi berkilah bahwa korban merupakan pelaku tawuran.
Kini, polisi yang berdinas di Satuan Reserse Narkoba atau Sat Resnarkoba Polrestabes Semarang tersebut mendekam di sel Rumah Tahanan (Rutan) Polda Jateng. (mcr5/jpnn)
Keluarga siswa SMK N 4 Semarang, Gamma Rizkynata Oktafandy (17) korban penembakan polisi mengaku menerima intervensi dari pihak kepolisian dan wartawan.
Redaktur : Danang Diska Atmaja
Reporter : Wisnu Indra Kusuma
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News