Selama Januari-Februari 2023, Dinkes Kota Semarang Temukan 148 Kasus Obesitas Anak
"Kami memantau kondisi kesehatan masyarakat, baik balita, remaja, maupun lansia," ungkap Hakam
Hakam menjelaskan ada posyandu keluarga dengan cara "jemput bola", dari rumah ke rumah untuk pengecekan kesehatan masyarakat, namun capaiannya memang tidak bisa banyak.
Untuk mencegah obesitas, Hakam meminta masyarakat untuk memperhatikan gizi anak-anaknya secara seimbang, seperti pemilihan makanan sesuai dengan program Isi Piringku, yakni sepertiga nasi, sepertiga lauk, dan sepertiga sayur dan buah-buahan.
"Kami meminta masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik perlu setidaknya minimal 30 menit berjalan dalam sehari untuk menjaga agar tidak obesitas," jelasnya.
Pola hidup yang tidak aktif bergerak atau sedentary alias mager (malas gerak) yang belakangan ini populer di kalangan anak muda, lanjut dia, sangat berisiko menyebabkan obesitas.
Demikian juga untuk balita yang sedang aktif-aktifnya bergerak sebaiknya tidak banyak digendong, misalnya anak usia 1-2 tahun yang mulai aktif merangkak atau belajar berdiri.
"Biarkan saja mereka aktif mbrangkang (merangkak) ke sana ke sini. Jangan banyak digendong karena justru obesitasnya tidak bisa turun," pungkas Hakam. (antara/jpnn)
Dinas Kesehatan Kota Semarang menemukan setidaknya 148 kasus anak yang mengalami obesitas dari hasil skrining dari puskesmas di wilayah tersebut selama Januari-
Redaktur & Reporter : Danang Diska Atmaja
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News