Ahmad Tohari: Bahasa Daerah Jangan Dilupakan
Dalam hal ini, kata dia, gatra pertama menyebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia wajib bisa berbahasa Indonesia dengan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
Sementara itu gatra yang kedua, lanjut dia, warga negara Indonesia diharuskan mampu menguasai bahasa ibu mereka dengan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan termasuk juga menguasai huruf Jawa.
"Oleh karena itulah majalah yang saya pimpin, memuat pelajaran bahasa Jawa dan huruf Jawa," tegas Pemimpin Redaksi Majalah "Ancas" (majalah berbahasa Banyumasan, red.) itu.
Selanjutnya untuk gatra ketiga atau terakhir, kata dia, warga negara Indonesia terutama generasi muda diharapkan mengusai satu bahasa asing khususnya bahasa global, yakni bahasa Inggris.
"Diharapkan seluruh warga negara Indonesia untuk mengamalkan trigatra bahasa supaya menjadi bangsa yang tidak ketinggalan dalam pergaulan internasional," katanya.
Disinggung mengenai kemungkinan akan menulis cerpen ataupun novel lagi, pria yang akrab disapa Kang Tohari itu mengakui sebagai orang yang hadir di dunia literasi, citra-citanya untuk menulis sastra tidak pernah padam.
"Cuma masalahnya sekarang adalah tenaga yang berkurang. Lagi pula, saya khawatir sendiri, jangan-jangan yang saya tulis sekarang adalah cerita masa lalu di mana anak-anak muda sekarang tidak begitu suka, jadi okelah karya sastra saya yang sudah lahir saja," kata pria kelahiran 13 Juni 1948 itu.
Dia mengaku jika pada Minggu (28/5) sore mendapatkan kiriman dari Gramedia berupa cetakan ke-20 novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk.
Ahmad Tohari, sang sastrawan dan budayawan asal Banyumas, Jawa Tengah, mengatakan sangat diperlukan penguatan terhadap bahasa lokal atau daerah.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News