Pentas Seni di Rembang, Petani Buat Lukisan Raksasa dari Garam
Dia berharap momen bisa memberi makna lebih atas keberadaan garam dan tambak. Tidak hanya sekadar menarasikan dalam sebuah buku, tetapi juga menjiwai di setiap proses pembuatan sampai bisa menjadi laku kebajikan dan kebijakan.
"Garam butuh tambak, garam butuh sinar matahari, garam butuh angin, tambak butuh air, air butuh sungai, dan sungai butuh bersih. Maka dari sebutir garam yang berkualitas, dibutuhkan bumi yang lestari," ujarnya.
Sementara itu, Eggy Yunaedi, seniman dan pegiat kebudayaan mengungkapkan pembuatan lukisan garam berukuran raksasa tersebut memakan waktu tiga hari, yang dikerjakan oleh sepuluh orang petani garam Desa Dasun bersama dirinya dibantu oleh dua orang asisten, yakni Sofyan Kancil dan Imam Bocah.
Pembuatan lukisannya dilakukan dengan cara menaburkan garam di atas lahan tambak, membuat garis dan bidang yang membentuk lukisan monokrom di atas tiga petak tambak.
Taburan putihnya butiran garam di atas warna tanah tambak tersebut akan memunculkan figur petani garam yang dikelilingi ornamen-ornamen yang menggambarkan bumi, matahari, air dan angin serta gunungan, naga dan burung hong serta ornamen Islami.
Simbol empat elemen alam dan tiga elemen budaya itu juga diwujudkan dalam tujuh kerucut garam melambangkan doa dan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas alam dan budaya yang memberi penghidupan kepada petani garam maupun masyarakat Dasun.
Eggy merupakan perupa kelahiran Rembang yang belakangan aktif membuat karya berskala besar di ruang terbuka, di antaranya, instalasi "Melangitkan Doa" yang ikut memeriahkan Harlah 1 Abad Nadlatul Ulama di Sidoarjo beberapa waktu yang lalu.
Karya tersebut dicatat oleh Museum Rekor MURI sebagai display doa terbanyak dan terbesar di dunia. Eggy juga sempat melakukan karya kolaboratif berskala besar dengan komunitas Sedulur Sikep dalam membuat instalasi "Suluh Samin" dengan menggunakan 2000 obor.(antara/jpnn)
Warga, seniman, dan petani berkolaborasi bikin pentas seni. Karganya adalah lukisan raksasa dari garam di tambak.
Redaktur & Reporter : Sigit Aulia Firdaus
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News