Pembebasan Lahan Tol di Dusun Ngenthak Sisakan 1 Rumah, Sumanto Sekeluarga Tak Lagi Punya Tetangga

jateng.jpnn.com, KLATEN - Sumanto sekeluarga kini tak lagi memiliki tetangga di RT 14/RW 05, Dusun Ngenthak, Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Pembebasan lahan untuk pembangunan Tol Solo-Yogyakarta di sana hanya menyisakan rumah yang ditinggalinya, sedangkan semua tetangganya sudah pindah.
"Di dusun ini sebanyak 18 kepala keluarga kena semua," kata petani berusia 58 tahun, Rabu (26/1).
Akibat ditinggalkan puluhan tetangga, rumah pria yang berada di pinggir dusun tersebut menjadi satu-satunya yang tersisa di Dusun Ngenthak.
Meski tempat tinggalnya masih berdiri kokoh, untuk lahan pertanian miliknya seluas 980 m2 ikut terkena ganti untung proyek pembangunan tol yang akan menyambungkan Solo dengan Yogyakarta tersebut.
"Waktu itu saya menerima ganti untung sebesar Rp 625 juta. Sebagian uangnya saya belikan sawah di depan rumah, harganya Rp 300 juta dan biaya pengurusan Rp 14 juta. Sisanya untuk rehab rumah saya, sekarang sudah habis uangnya," katanya.
Pria dua anak ini mengaku belum lama menempati rumah tersebut.
"Baru sekitar 8-9 tahun lalu. Saya tinggal di situ sama anak-anak dan istri. Istri saya kebetulan jualan soto. Dulu waktu masih banyak tetangga biasanya digunakan nongkrong anak-anak muda sampai malam, sekarang sore sudah tutup," katanya.
Sumanto sekeluarga tak lagi punya tetangga pascapembebasan lahan Tol Solo-Yogyakarta dilakukan. Dia berbagi cerita.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News
BERITA TERKAIT
- Update Kasus Khilafatul Muslimin di Jateng, Masuk ke Penuntutan
- Papan Khilafatul Muslimin di Solo-Klaten Diturunkan, Lihat Respons Aktivisnya
- Belum Diterima Sebagai Cagar Budaya, Eks Pabrik Gula Delanggu Dijual Online
- Objek Diduga Cagar Budaya di Klaten Dijual Rp 294 Miliar, Begini Klarifikasi BPCB
- Ganti Rugi Tol Yogyakarta - Bawen, Berikut Tata Cara Pencairan Uang dan Dokumen yang Harus Disiapkan
- Kondisi Memprihatinkan 700 Jiwa di Lereng Gunung Merapi, Air Pun Harus Beli