PekaKota: Mengkritisi Perkotaan dari Sejarah, Arsitektur, hingga Sosial Budaya

Kamis, 06 Maret 2025 – 09:00 WIB
PekaKota: Mengkritisi Perkotaan dari Sejarah, Arsitektur, hingga Sosial Budaya - JPNN.com Jateng
Kelas PekaKota 2025 menjadi ruang belajar alternatif bagi anak muda untuk memahami isu-isu perkotaan melalui pendekatan lintas disiplin ilmu. Foto: Dokumentasi untuk JPNN

Tahun ini, PekaKota menghadirkan delapan materi utama yang disampaikan oleh berbagai pakar perkotaan, budaya, dan kebijakan ruang. Selain J.J. Rizal, Melani Budianta, dan Yoshi Fajar, turut hadir Dian Tri Irawaty dari Rujak Center for Urban Studies, serta akademisi dan praktisi lainnya seperti Agung Hujatnika, Geger Riyanto, Alia Swastika, dan M. Sigit Budi.

Melalui kelas ini, peserta diajak untuk memahami kota dari berbagai sudut pandang—mulai dari sejarah, kebijakan ruang, arsitektur, hingga aspek sosial budaya. Pendekatan yang digunakan pun tidak hanya sebatas teori, tetapi juga berbasis observasi lapangan, wawancara dengan warga kampung kota, serta studi pustaka.

"Kota yang diinginkan semua orang adalah kota yang dibangun oleh semua orang," demikian slogan PekaKota Institute yang diadaptasi dari pemikiran Jane Jacobs, seorang pakar tata kota dunia. (JPNN)

Kelas PekaKota 2025 menjadi ruang belajar alternatif bagi anak muda untuk memahami isu-isu perkotaan melalui pendekatan lintas disiplin ilmu.

Redaktur & Reporter : Danang Diska Atmaja

Facebook JPNN.com Jateng Twitter JPNN.com Jateng Pinterest JPNN.com Jateng Linkedin JPNN.com Jateng Flipboard JPNN.com Jateng Line JPNN.com Jateng JPNN.com Jateng

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News