Pemprov Jateng: Transisi Energi Terbarukan Butuh Tekad, Tak Ada yang Mustahil

Dia menolak anggapan bahwa EBT identik dengan biaya tinggi. Menurutnya, persepsi mahal muncul dari pola pikir lama yang tidak lagi relevan dengan tuntutan pasar masa kini.
"Hari ini hampir semua industri sudah pakai energi surya, mulai dari 1 hingga 3 megawatt. Pasar memang menuntut itu green industry, green economy, green production. Yang tidak ikut akan tertinggal," katanya.
Pihaknya mendorong masyarakat agar memulai dari langkah sederhana, seperti menggunakan motor listrik atau memasang panel surya di rumah.
"Semua itu bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. Jadi, tidak mahal dan bisa dilakukan oleh siapa pun," ujarnya.
Menurutnya, Pemprov Jateng telah memfasilitasi berbagai program pemanfaatan energi baru terbarukan.
Antara lain, pompa air tenaga surya untuk pertanian, pengolahan limbah pabrik tahu menjadi gas, serta pemanfaatan limbah peternakan dan rawa sebagai sumber energi. Dia mencatat, setidaknya delapan kabupaten telah menerapkan model tersebut.
"Contoh nyata sudah banyak. Tinggal bagaimana kita memperluas pemahaman dan partisipasi. Forum-forum diskusi seperti ini sangat penting untuk menyebarkan gagasan dan mendorong keterlibatan lebih luas," kata Sujarwanto.(wsn/jpnn)
Asisten Ekonomi Pembangunan Setda Jateng Sujarwanto menyebut kunci utamanya terletak pada kemauan, tekad, perubahan pola pikir terhadap energi & lingkungan.
Redaktur : Danang Diska Atmaja
Reporter : Wisnu Indra Kusuma
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News