Jutaan Bandeng di Semarang Mati, Air Tambak Bercampur Solar dan Oli

"Hasilnya, kami diarahkan untuk menbuat surat permohonan ganti rugi. Sehari setelah surat kami kirim ke Pelindo," imbuhnya.
Dua pekan kemudian, surat balasan diterima oleh para penambak yang berisi tanggung jawab melakukan ganti rugi adalah PT Lamicitra Nusantara.
Dalam surat itu disebutkan, Pelindo tidak dapat memberikan ganti rugi yang diajukan, sebab pembuangan limbah dilakukan oleh Lamicitra Nusantara.
"Setelah itu kami datang menemui Lamicitra dan diminta menunggu konfirmasi dari pimpinan di Surabaya," terang Slamet.
Karena tidak ada konfirmasi, pihaknya kembali mendatangi pihak Lamicitra Nusantara. Hingga kini, penambak kelimpungan tak dapat beraktivitas lantaran kerugian yang begitu besar.
"Lamicitra juga tidak mau bertanggung jawab, tanpa alasan mengapa mereka bersikap seperti itu," ucapnya.
Ada empat penambak yang terdampak pemompaan air rob dari Kawasan Lamicitra Nusantara. Kerugian ditotal menyentuh Rp 355,5 juta rupiah.
Dengan rincian, empat penambak tersebut di antaranya ikan bandeng milik Moh Sukidi sebanyak 300 ribu ekor mati, rugi Rp 90 juta.
Jutaan ikan bandeng di pesisir Semarang mati mendadak. Penambak melihat air tercampur solar dan oli. Tanggung jawab siapa?
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News