Beda Data Kemiskinan Ekstrem di Kota Semarang, Dinsos: Menyulitkan!

Artinya, kata dia, mereka tidak layak masuk dalam kategori kemiskinan ekstrem karena pengeluaran harian mereka sudah lebih dari Rp 10 ribu.
"Mereka sudah punya pekerjaan. Ada yang jadi sekuriti, usaha laundry, penjahit, dan lain-lain. Mereka tidak layak dikatakan kemiskinan ekstrem. Pengeluarannya (harian, red.) juga lebih dari Rp 10 ribu," katanya.
Kemiskinan ekstrem, kata dia, justru banyak dialami oleh kalangan lansia yang mayoritas sudah tidak berdaya dan lebih banyak bergantung pada orang lain sehingga menjadi perhatian ekstra dari Dinsos Kota Semarang.
"Nanti, kami juga berupaya lebih menyosialisasikan Semarang berbagi. Kalau semua bergerak, saya yakin kemiskinan tertuntaskan. Apalagi, pusat menargetkan 2024 harus zero," katanya.(antara/jpnn)
Data kemiskinan ekstrem di Kota Semarang masih simpang siur karena ada perbedaan data antara BPS dan BKKBN.
Redaktur & Reporter : Sigit Aulia Firdaus
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News