BMKG Sebut 44% Daerah di Jateng Kekeringan Ekstrem, Kapan Hujan Turun?
jateng.jpnn.com, SEMARANG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut curah hujan di Jawa Tengah masih rendah hingga awal Oktober 2023.
BMKG menyatakan berdasarkan analisis curah hujan di seluruh wilayah Jawa Tengah pada dasarian (10 hari, red.) ketiga September 2023 masih termasuk kategori rendah atau 0-50 milimeter per dasarian.
"Hal itu diketahui berdasarkan hasil analisis yang dirilis BMKG Stasiun Klimatologi (Staklim) Jawa Tengah hari ini," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi (Stamet) Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Minggu (1/10).
Sementara dari hasil pemantauan hari tanpa hujan (HTH) yang dilakukan Staklim Jawa Tengah pada dasarian ketiga September, kata dia, diketahui bahwa 44 persen wilayah Jateng masuk kriteria kekeringan ekstrem karena lebih dari 60 hari tanpa hujan.
Selanjutnya, 15 persen wilayah Jateng masuk kriteria sangat panjang (31-60 hari tanpa hujan), 1,4 persen wilayah Jateng masuk kriteria panjang (21–30 hari tanpa hujan).
Lalu 33 persen wilayah Jateng masuk kriteria menengah (11-20 hari tanpa hujan), 0,6 persen wilayah Jateng masuk kriteria pendek (6-10 hari tanpa hujan), dan 6,1 persen wilayah Jateng masuk kriteria sangat pendek (1-5 hari tanpa hujan).
"Prakiraan probabilistik curah hujan pada dasarian pertama Oktober, peluang lebih dari 90 persen curah hujan rendah atau kurang dari 50 milimeter per dasarian di seluruh wilayah Jawa Tengah," katanya.
Terkait dengan prakiraan deterministik curah hujan pada dasarian pertama Oktober hingga dasarian pertama November, dia mengatakan pada dasarian pertama dan dasarian kedua Oktober, curah hujan di seluruh wilayah Jateng diprakirakan masuk kriteria rendah (0-50 milimeter).
BMKG menyebut 44% daerah di Jawa Tengah alami kekeringan ekstrem karena tidak ada hujan 60 hari. Kapan hujan turun di Jateng?
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News