Survei: Konsumsi Minuman Manis dalam Kemasan di Semarang Memprihatinkan

Salah satunya dengan mendorong pengendalian MBDK melalui penerapan aturan cukai. Upaya itu, menurutnya, akan mencegah dampak buruk gula terhadap masyarakat.
"Mendesak pemerintah menurunkan regulasi pembatasan MBDK. Salah satu pengendalian dengan mengenakan cukai yang kami dorong terus pada 2024, sebagai cara konsumen mengurangi konsumsi minuman manis," ujarnya.
Temuannya, penyakit yang dipicu gaya hidup menjadi paling tinggi yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Diabetes dan obesitas adalah dua di antaranya.
Belum lagi, kata Tulus, persoalan dampak lingkungan yang disebabkan limbah plastik kemasan MBDK. "Satu botol plastik menghasilkan emisi 1,3 liter BBM. Sementara spirit daur ulang masih sangat rendah," ujarnya. (mcr5/jpnn)
Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jateng mencatat tingkat konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) di Kota Semarang memprihatikan.
Redaktur : Danang Diska Atmaja
Reporter : Wisnu Indra Kusuma
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News