Survei: Konsumsi Minuman Manis dalam Kemasan di Semarang Memprihatinkan

Dalam hal ini, total kadar gula yang masuk ke dalam tubuh konsumen setiap hari cenderung berlebihan. Kondisi tersebut menjadi faktor risiko menculnya berbagai macam penyakit tidak menular seperti obesitas dan diabetes militus.
Baca Juga:
"Di Kota Semarang pada 2023 saja jumlah penderita diabetes militus yang tercatat sudah mencapai 5.661 penderita," katanya.
Menurutnya, apabila konsumen gagal mengendalikan konsumsi gula dan MBDK merupakan salah satu sumbernya, bukan tidak mungkin angka tersebut akan terus meningkat.
Berkaitan dengan temuan tersebut, pihaknya merekomendasikan pemerintah agar menerapkan langkah-langkah pengendalian konsumsi MBDK. Edukasi konsumen mengenai risiko konsumsi MBDK yang berlebihan bagi kesehatan penting dilakukan.
"Informasi kandungan gula pada label MBDK secara jelas dan mudah dibaca konsumen. Termasuk penerapan cukai MBDK yang signifikan dapat mengendalikan laju konsumei MBDK," ujarnya.
Begitu pula, regulasi penerapan dan pengawasan yang komperehansif terkait pengendalian konsumsi MBDK. Khususnya melindungi anak-anak sejak dini dari paparan minuman berpemanis.
"Misalnya melalui instrumen kebijakan kantin sehat tanpa MBDK di sekolah sekolah. Juga tidak ada iklan produk MBDK di area sekolahan," katanya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Haran YLKI Tulus Abadi mengatakan desakan terhadap pemerintah dalam menurunkan regulasi pembatasan MBDK terus dilakukan.
Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jateng mencatat tingkat konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) di Kota Semarang memprihatikan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News