Gebyuran Bustaman, Tradisi Menjelang Ramadan di Semarang, Terinspirasi dari Cerita Rakyat
Sejak 2013, warga Kampung Bustaman berupaya memeriahkan tradisi tersebut dengan menggandeng komunitas seni dan budaya Kolektif Hysteria. Dari tahun ke tahun, Gebyuran Bustaman makin meriah.
Terinspirasi dari Cerita Rakyat
Direktur Kolektif Hysteria Ahmad Khairudin mengatakan Gebyuran Bustaman mengambil inspirasi dari cerita rakyat yang telah dipercayakan secara turun temurun oleh tokoh kampung.
Menurutnya, inisiatif ini menciptakan bukti konkret bahwa kebudayaan dapat terbentuk ketika bertemu dengan tokoh dan konsep yang tepat.
"Meskipun Kyai Kertoboso Bustam sendiri merupakan figur penting dalam sejarah Kampung Bustaman, tetapi keberadaannya kurang mendapat perhatian yang layak," ujar pria yang akrab disapa Adin Hysteria itu.
Rangkaian Gebyuran Bustaman berlangsung tiga hari. Diawali dengan ziarah kubur leluhur di Makam Bergota, gelar kuliner warga, pertunjukan musik, atraksi budaya, dan ditutup makan gulai kambing bersama.
"Selama 2-3 jam, warga bebas melempar air kepada seluruh peserta, dengan aturan bahwa tidak diperbolehkan marah setelahnya," katanya.
Dalam penyelenggaraan ke-12 ini, diharapkan Gebyuran Bustaman dapat makin meriah dan memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kampung Bustaman.
Setiap menjelang Ramadan, di Kampung Bustaman, Kota Semarang, ada tradisi berna,a Gebyuran Bustaman. Simak kisahnya di sini.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News