Melacak Sejarah Dugderan di Semarang: Tradisi Pemersatu Perbedaan Awal Ramadan

"Kami akan kemas lebih oke lagi. Insyaallah untuk penyerahan dan pembacaan suhuf halaqah, kami akan coba ubah setting-nya, kami pamerkan pemukulan beduk raksaksa," ujarnya.
Pihaknya menyebut, gunungan ganjel rel besar di dekat beduk akan menjadi pemecah keramaian. Terdapat gunungan kue khas Kota Semarang tempo dulu dengan ukuran kecil di empat sisi alun-alun.
"Sehingga, masyarakat tidak perlu saling berdesakan. Prosesi suhuf halaqah rombongan wali kota akan lebih oke lagi," ujarnya.
Dugderan 2024 diawali dengan kirab budaya dari Balai Kota Semarang menuju ke Masjid Agung Semarang. Setiap kecamatan akan mengangkat budaya dan kearifan lokal masing-masing.
"Berkudo atau pasukan 40-an. Walaupun tahun ini baru 16 peserta, mereka akan ikut kirab dan dinilai. Didukung komunitas lain seperti Sam Poo Kong, Tay Kak Sie, Tosan Aji, dan lain-lain," ujar Wing. (JPNN)
Dugderan menjadi tradisi tahunan di Kota Semarang sebagai penanda akan datangnya bulan Ramadan.
Redaktur & Reporter : Danang Diska Atmaja
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News