Melepas Biksu Thudong, Mbak Ita: Semarang Memiliki Sejarah Panjang Penyebaran Agama Buddha
Sima adalah tempat khusus upasampada (pengukuhan) biksu baru, dan di Sima ini untuk pertama kalinya di Tanah Air dilaksanakan upasampada biksu sesudah ratusan tahun robohnya Wilwatikta-Majapahit.
Baca Juga:
"Kita jadi tahu Kota Semarang menjadi jejak agama Buddha, kami akan segera melakukan program-program atau pelaksanaan di sini agar menjadi tempat untuk wisata religi," katanya.
Ke depan, Pemkot Semarang segera memperbaiki fasilitas keagamaan yang ada di Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti, apalagi tempat ibadah umat Buddha itu dibangun oleh biksu dari 13 negara.
"Sehingga, ini harus menjadi program yang lebih baik untuk menjadi satu tujuan para biksu beribadah di sini, termasuk mendorong menjadi agenda tahunan dan diintegrasikan dengan kegiatan lain," katanya.
Sementara itu, Ketua Sangha Agung Indonesia Bhikkhu Khemacaro Mahathera mengatakan bahwa ritual Thudong adalah proses spiritual Biksu menjalankan hidup dengan berjalan.
"Berangkat dari sini (Semarang), karena di sini cikal bakal buddhisme di Indonesia setelah Indonesia merdeka. Ini sudah dikenal 13 negara, tetapi kami baru menggali empat tahun lalu. Mereka ingin mengirim pesan bahwa di Indonesia sangat ramah dan mendoakan supaya Indonesia tetap seperti ini, maju, dan toleransi," ujarnya.
Rombongan biksu Thudong tiba dari Jakarta menginjakkan kakinya di Vihara Buddha Dipa, Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Rabu (15/5) malam.
Dari Vihara Buddha Dipa, para biksu bermalam di Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti, Bukit Kassapa, setelah menyusuri hutan dan menyeberangi Kaligarang sejauh 1 kilometer. (antara/jpnn)
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu pun menerima dan melepas para biksu itu di Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti, Pudakpayung, Kamis (16/5).
Redaktur & Reporter : Danang Diska Atmaja
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News