Festival Lima Gunung 2024: Merayakan Kearifan Lokal Melalui Seni & Budaya
Dalam konteks instalasi seni, Sujono menyampaikan gagasan yang inovatif melalui karya bambu yang berbentuk 25 semut hitam raksasa, yang ditempatkan di atas panggung sebagai representasi dari tema festival Wolak-Waliking Jaman Kelakone.
Di antara 24 semut lainnya, terdapat satu semut yang lebih besar, yang masing-masing menggenggam perangkat teknologi, melambangkan pentingnya kepemimpinan yang bijaksana dan arif dalam kehidupan yang harus tetap dijaga.
Pengunjung yang tiba di lokasi festival akan merasakan imajinasi yang melimpah dan inspirasi yang dihadirkan oleh karakter semut, yang merepresentasikan nilai-nilai seperti persaudaraan, keramahan, dan kolaborasi yang erat, serta pengaruh kepemimpinan yang tidak selalu tampak.
Festival ini dikelola oleh Komunitas Lima Gunung yang merupakan kelompok seniman petani dari berbagai dusun di kawasan Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh di Kabupaten Magelang. Festival ini diadakan setiap tahun dengan lokasi yang berpindah-pindah.
Beberapa tahun yang lalu, para tokoh dan pegiat utama komunitas meluncurkan gerakan budaya yang dikenal dengan Sumpah Tanah. Hasil riset tentang komunitas dan festival ini ditulis oleh pengajar dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Joko Aswoyo, dalam bukunya yang berjudul Sumpah Tanah (2019).
Inti dari sumpah ini adalah komitmen untuk menyelenggarakan Festival Lima Gunung tanpa sponsor dari pemerintah atau pengusaha, bergantung sepenuhnya pada kekuatan realitas dan spiritualitas yang ada dalam masyarakat dusun.
Festival tahun ini berlangsung dari tanggal 17 hingga 29 September 2024. Pada tanggal 17 September, acara dimulai di Dusun Warangan, Desa Muneng Warangan, Kecamatan Pakis dengan pertunjukan tarian.
Kemudian, pada tanggal 20 September, berlangsung diskusi mengenai Manuskrip Merapi-Merbabu di Studio Mendut, Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid, yang juga diisi dengan pertunjukan tarian dan musik.
Festival Lima Gunung XXIII mengundang ribuan pengunjung untuk merasakan keindahan budaya dan seni melalui kearifan lokal.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News