Polisi Intimidasi Sukatani, Dewan Kesenian Purbalingga: Aroma Orde Baru

jateng.jpnn.com, PURBALINGGA - Dewan Kesenian Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng) mengutuk tindakan dugaan intimidasi yang dilakukan polisi terhadap band Sukatani soal lagu Bayar Bayar Bayar.
Ketua Dewan Kesenian Purbalingga Trisnanto Budiono mengatakan lagu berlirik Bayar Polisi itu merupakan karya seniman untuk mengedukasi institusi Polri agar makin baik.
"Kalau bicara seniman itu karyanya tak ada yang tidak mengedukasi, pasti dia berpikiran tujuan edukasi, tidak mungkin tidak," kata Trisnanto kepada JPNN.com melalui sambungan telepon, Minggu (23/2).
Trisnanto menyebut selalu menekankan bahwa karya dari berbagai multidisiplin seni harus bermuatan edukasi. Baginya tugas seniman harus menyatakan kegelisahan yang dialami masyarakat.
"Itu keadaan yang sebenarnya. Seniman itu tanpa tedeng ngaling-aling (bicara sesuai fakta, red)," ujarnya.
Menurutnya, sebuah karya seni yang beranjak dari masyarakat harus diterima dengan arif, bukan justru dibungkam.
Pihaknya menyebut pemberangusan karya seniman menunjukkan kembalinya era Orda Baru.
"Ini menjadi pembelajaran bagi seniman bahwa saat ini sudah seperti dulu lagi (orde baru, red)," kata sang aktivis 98 itu.
Intimidasi polisi terhadap band Sukatani soal lagu Bayar Bayar Bayar bak aroma orde baru.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News