Kupat Jembutan, Tradisi di Semarang yang Terus Tergerus Zaman
jateng.jpnn.com, SEMARANG - Canda dan tawa anak kecil terdengar menyambut datangnya mentari menyinari perkampungan gang sempit di daerah Pedurungan Tengah, Kota Semarang.
Tampak ceria terpancar dari raut wajah mereka di tengah sejuk pagi tanpa hingar-bingar di kawasan padat penduduk tersebut.
Puluhan anak kecil berlarian sebelum berjejer memanjang layaknya gerbong kereta akan meninggalkan peron stasiun.
Rupanya, mereka hendak menyusuri kampung dan menyambangi satu per satu rumah yang ada di gang sempit tersebut.
Sambil menenteng kantong plastik, bocah-bocah itu tampak menerima sebuah ketupat atau kupat dari pemilik rumah. Sesekali, lembaran rupiah juga masuk ke sakunya.
Aktivitas tersebut berlangsung pada tujuh hari atau 8 Syawal sesuai Hari Raya Idulfitri.
Acara itu merupakan sebuah tradisi masyarakat Pedurungan Tengah yang telah turun-temurun tiap bulan Syawal.
Tradisi itu dikemas dengan bagi-bagi kupat oleh warga untuk anak kecil sekitar kampung tersebut.
Kupat jembutan menjadi salah satu tradisi di Semarang tiap 8 Syawal. Namun, traidisi ini perlahan redup.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News