Persadani, Menaungi Eks Napiter Saat Negara Mengabaikannya
Tidak ada satu pun tetangga maupun perangkat desa yang mengjenguk Yusuf ke rumah. Eks jihadis Filipina Selatan itu kemudian memutuskan untuk merantau ke Semarang, kota di mana dia dicokok Densus 88.
Kehidupan normal sebagai warga negara perlahan mulai dia rasakan. Yusuf menikahi perempuan Semarang dan mendapatkan pekerjaan di rumah makan bebek goreng. Namun, kehidupan tersebut ternyata tidak berlangsung lama. Yusuf dipecat lantaran masa lalunya sebagai eks napiter terungkap.
Seusai peristiwa itu, dia bingung harus bekerja di mana karena stigma napi terorisme masih sangat kuat di masyarakat. Berkat dorongan dan modal dari temannya, Yusuf memulai usahanya meski sempat mengalami jatuh.
“Sekarang sibuk mengelola bisnis rental mobil dan beternak ikan lele bersama eks napiter lainnya,” katanya saat ditemui, Sabtu (16/7).
Menghentikan diskriminasi terhadap eks napiter
Yusuf dan Rizal adalah potret kecil kehidupan eks napiter seusai keluar dari penjara. Ikrar setia kepada negara tidak membuat keduanya lantas terbebas dari stigma dan diskriminasi saat kembali ke tengah masyarakat.
Kendati demikian, mereka dengan sabar melalui masa sulit yang seharusnya tidak perlu dialami. Lebih dari itu, empati keduanya terhadap eks napiter lain juga tak hilang. Yusuf sejak 2009 aktif melakukan pendampingan kepada eks napiter dan keluarga teroris, sementara Rizal melakukan hal serupa pada 2018.
Kedua orang ini sepakat korban yang terlupakan dalam kasus terorisme adalah keluarga pelaku, baik istri, anak, orang tua, atau pun saudara.
Yayasan Persadani melakukan aksi sederhana yang bisa mengubah kehidupan eks napiter untuk selamanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News