Ganjar Bicara Soal Integritas ASN, Harus Terbuka, Jangan Ditutup-tutupi
"Pada fungsi kepemimpinan, ini musti dipaksa. Paksa dan tunjukkan bahwa semua berani mengisi. Mengisi dulu saja deh. Benar salah nanti dulu, pokoknya mengisi dulu, agar nanti kita bisa belajar mempertanggungjawabkan apa yang menjadi haknya, kekayaannya, asetnya," kata Ganjar.
Dari cerita itu, Ganjar ingin memberikan pesan kepada peserta pelatihan dan seluruh ASN di Indonesia agar bercermin, serta mengoreksi diri masing-masing lebih dahulu.
Pesan itu juga Ganjar tunjukkan dengan bertanya kepada para peserta tentang persoalan apa saja yang sering menjadi komplain masyarakat di daerah masing-masing.
"Ternyata dari empat orang yang saya tanya, tiga hal yang paling dikomplain masyarakat itu ada layanan buruk, kurang senyum, tidak cepat, berbelit-belit. Jadi mereka sadar, maka tugasnya adalah membuat inovasi layanan mudah, murah, cepat, dan berintegritas," ujarnya.
Terkait integritas dan keterbukaan, Ganjar juga melontarkan pertanyaan kepada peserta, apakah masih ada praktik jual-beli jabatan di daerah masing-masing.
Rata-rata peserta tidak mengaku, tetapi Ganjar justru membuka kasus yang terjadi di Kabupaten Pemalang belum lama ini. Dalam kasus tersebut, Bupati Pemalang dan sejumlah pejabat lain ditangkap tangan KPK.
"Itu untuk pembelajaran, bukan kami mengolok-olok. Kami sampaikan kepada mereka, agar itu tidak terulang," tuturnya.
Ganjar menyampaikan, pelatihan kepemimpinan itu tak hanya sekadar leadership, tetapi juga followership, dan tentu saja membangun nilai-nilai integritas.
Ganjar Pranowo mewanti-wanti bahwa integritas aparatur sipil negara (ASN) dan pejabat publik sangat penting.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News