Pemilu 2024, Kaum Muda Katolik di Semarang Harus Milih, Jangan Golput

Meskipun dengan mudah mendapatkan informasi, akan tetapi tak semuanya akan memiliki pegangan saat menghadapi dan menyukseskan Pemilu 2024.

Andreas menjelaskan, pemahaman pemilu tidaklah sekadar ajang perebutan kursi kekuasaan. Sebagai pemilih yang cerdas harus membuka mata dan tahu persis tawaran ideologi, tawaran program, dan termasuk bisa melakukan evaluasi.

"Jadi memilih itu punya dasar tidak karena iming-iming atau tidak hanya sosok. Itu yang akan kita dorong mereka sekarang ke sana," ujar Dosen Ilmu Komunikasi SCU ini.

Termasuk memberikan suatu gambaran ketika dihadapkan persoalan pilihan politik yang mengakibatkan perbedaan. Dia meminta kaum muda Katolik untuk membuang jauh-jauh kebingungan dan keinginan menghindar dalam menentukan pilihannya.

Melihat jumlah pemula kisaran 20 persen sampai 25 persen dari total umat Katolik di KAS, Andreas mengusulkan agar mereka dilibatkan dalam proses pemungutan suara di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS).

"Anak-anak muda itu, kan, senang nongkrong. Menjelang atau sesudah pemungutan suaranya, tongkrongan ditaruh di TPS untuk membantu KPPS memberi semangat supaya tidak ada isu-isu yang mengatakan 'itu suara suaranya bisa digeser-geser'. Kan tidak mungkin terjadi kalau ada orang lain yang ada di situ," katanya.

Rektor SCU Ferdinandus Hindiarto mengatakan KAS Youth Day merupakan ajang penyambung kontribusi dan kepemimpinan kaula muda tanpa lupa mencintai negeri.

Ferdi -sapaan akrabnya- menyebut, ketika anak muda berkumpul, secara otomatis akan membangkitkan semangat. Apalagi, setelah dua tahun lamanya terhenti akibat pandemi Covid-19.