Mahasiswi Bunuh Diri di Indekos Semarang, Tinggalkan Pesan Terakhir, Ini Isinya
"Anaknya baik, dan ceria. Mudah bergaul, kalau ketemu di jalan suka menyapa 'ibu' gitu biasa teriak memanggil saya. Anaknya cantik, tinggi seperti model," katanya.
Kendati ramah dan supel, Tiwi tak banyak mengetahui kepribadian EN. Pasalnya, dia selain bekerja pulang malam, korban juga jarang berada di indekos. "Soalnya anaknya kuliah sambil kerja," katanya.
Terakhir, dia berinteraksi dengan korban melalui pesan WhatApps pada 5 Oktober lalu. Saat itu, Tiwi menagih pembayaran bulanan indekos yang menunggak dua bulan.
"Agak lama baru dibalas bilang maaf baru ada kuota internet. Katanya nanti tanggal 15 akan dibayar dua bulan sekalian. Lha ini belum tanggal 15 malah sudah pergi selamanya," ujarnya.
Tiwi sudah menganggap seluruh anak yang menumpang sementara di indekosnya seperti anak sendiri. Termasuk EN, yang hampir dua tahun menempati indekosnya.
"Semua anak kos ini saya anggap sebagai anak sendiri," katanya.
Seusai penemuan jenazah, dirinya menghubungi kepolisian. Saat itu juga, aparat kepolisian melakukan pemeriksaan, memasang garis kuning kepolisian, dan membawa jenazah ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi Kota Semarang.
"Pamannya dari Ungaran ke sini, terus mengurus kematiannya ke Rumah Sakit Kariadi," katanya. (mcr5/jpnn)
Secarik pesan yang ditinggalkan EN (24), mahasiswi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) masih menyisakan tanda tanya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News