17 Tahun Aksi Kamisan di Semarang, Soroti Pelanggaran HAM yang Terus Subur

"Dulu kita kenal peristiwa 65, peristiwa 98, setelah itu polanya berganti (menjadi, red) pembungkaman, pejuang lingkungan dikriminalisasi," ujarnya.
Baca Juga:
Dia mengatakan, dalam pemilihan umum (Pemilu) menjadi bagian golongan putih (golput) merupakan alternatif untuk tidak memilih pemimpin yang memiliki riwayat pelanggaran HAM.
"Kami pikir golput itu tidak apa-apa, anak-anak muda ini kalau momen Pemilu selalu dicari-cari, suaranya dibawa kemana-mana seolah-olah anak muda masuk ke gerbong ini, tetapi kawan-kawan muda meyakini sebagai oposisi permanen," ujarnya.
Menurutnya, di belakang seluruh pasangan capres-cawapres selalu ada cukong-cukong yang mereproduksi ketidakadilan.
Koordinator Aksi Kamisan Kota Semarang Adetya Pramandira. FOTO: Wisnu Indra Kusuma/JPNN.com
"Misalnya yang terburuk pelanggar HAM entah paslon (pasangan calon, red) berapa, toh semuanya pelanggar HAM yang agak mending yang paling banter soal demokrasi," ujarnya.
Dira mengatakan, riwayat masing-masing calon tersebut menjadi kekhawatiran serius. "Namun, kalau teman-teman masih bersolidaritas seperti ini (aksi Kamisan, red) tidak perlu kami khawatirkan secara serius," ujarnya.
Pantauan JPNN.com di lapangan, Aksi Kamisan mulai berlangsung sekitar pukul 15.20. Hingga pukul 18.45 aksi masih berlangsung dengan penampilan baca puisi hingga selawatan. (mcr5/jpnn)
Peringatan 17 tahun Aksi Kamisan di Kota Semarang menyoroti kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terus terjadi.
Redaktur : Danang Diska Atmaja
Reporter : Wisnu Indra Kusuma
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News