Revitalisasi Pecinan Semarang Diminta Tetap Lestarikan Nilai Budaya
Pentingnya penataan ruang dan lingkungan yang tidak hanya berkutat pada kosmetik juga menjadi perhatian serius. Dalam artian revitalisasi sebagai hadirnya negara wajib melestarikan nilai sejarah dan budaya berdirinya Pecinan.
"Yang penting proses revitalisasi ini menghargai semua aspek sejarah, selaras dengan budaya, tradisi, dan juga atribut-atribut, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sana," kata Alberta Cindy dari Seraya Podcast yang fokus terhadap sejarah Kawasan Pecinan Semarang.
Dia menyinggung kawasan Pecinan cenderung berbeda dengan Little Netherlands yang saat ini menjadi destinasi wisata favorit. Letak Belanda Kecil tersebut dianggap lebih mudah ditata sedemikian rupa karena mayoritas kompleks perkantoran.
"Seperti gambaran di Little Netherlands itu sudah tempat wisata jadi rebutan karena sudah jadi uang, pengelolaannya seperti apa," ujarnya.
Termasuk di Kampung Melayu yang menjadi tempat pemukiman dan banyak gudang. Menurutnya, kondisi itu bertolak belakang dengan Kawasan Pecinan yang sangat padat penduduk.
"Jangan sampai seperti di Penang yang direvitalisasi malah membuat warga aslinya tidak nyaman kemudian pergi, akhirnya kekhasan dibuat-buat tidak orisinil lagi," ujarnya.
Sebagai peranakan, dia menyambut baik adanya revitalisasi menjadikan Pecinan makin baik dengan harapan tidak menimbulkan gejolak permasalahan di kemudian hari.
"Sejarah Kali Semarang dulu kecil, kemudian dibesarkan, terus rumah-rumah dikepras sehingga jadi jalan. Semisal jadi wisata air jangan sampai menimbulkan masalah-masalah," katanya.
Pemkot Semarang akan segera merevitalisasi kawasan Pecinan. Sejumlah pemerhati sejarah meminta untuk tak menghilangkan nilai budaya dalam revitalisasi tersebut.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News