Sistem PPDS Bobrok, Budaya Perundungan Dilanggengkan
"Kalau menempa dan mengajar dokter-dokter dengan cara seperti preman kayak begini bagaimana kita bisa mendapatkan dokter-dokter yang memiliki empati kepada pasien, cara bicaranya baik, tidak emosional," ujarnya.
Menurutnya, kasus bullying seperti ini merupakan fenomena gunung es yang tidak hanya terjadi di Undip Semarang saja. Dia bilang banyak kasus bullying, tetapi nyaris tidak ada yang berani melapor. Rata-rata para pelaku merupakan korban.
"Kalau kami tidak putus mata rantai ini, ya repot. Banyak terjadi di tempat-tempat lain, tetapi mungkin, kan, mereka tidak berani. Ini, kan, kami mencari satu cara agar mereka berani mengungkap," ujarnya.
Selain itu, buruknya sistem pendidikan dokter spesialis ini, menurutnya, akan sulit bagi masyarakat menemukan dokter yang memiliki empati. Fakta di lapangan, kata Misyal tidak jarang ditemukan dokter yang bersikap kurang enak saat menangangi pasien.
"Kalau cara mendapatkan dokter dengan cara kekerasan seperti ini, dihancurkan mentalnya, dibikin depresi bagaimana kita bisa memiliki dokter-dokter yang baik. Di militer tidak seperti itu," ujarnya. (mcr5/jpnn)
Keluarga dr Aulia Risma meminta Kaprodi FK Undip dan Kemendikbudristek bertanggung jawab atas bobroknya sistem PPDS.
Redaktur & Reporter : Danang Diska Atmaja
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News