Ketika Nama Besar Pramoedya Ananta Toer Tak Semudah Itu Diabadikan di Tanah Kelahirannya
![Ketika Nama Besar Pramoedya Ananta Toer Tak Semudah Itu Diabadikan di Tanah Kelahirannya - JPNN.com Jateng](https://cloud.jpnn.com/photo/jatim/news/normal/2025/02/08/seorang-pengunjung-menyaksikan-lukisan-wajah-pramoedya-anant-enmw.jpg)
"Apa yang dilakukan Gus Dur itu benar, justru kami mengikuti. Jangan main stigma-stigma PKI, itu adalah kejahatan kemanusiaan yang sebenarnya," katanya.
Sejarawan Universitas Negeri Semarang (Unnes) Tsabit Azinar Ahmad menyatakan sebenarnya terdapat tokoh pelopor sayap kiri yang namanya diabadikan untuk jalan, yakni Tan Malaka. Tokoh kondang penulis Madilog itu dijadikan nama sebuah jalan di Kota Padang, Sumatera Barat.
Bagi Tsabit, komunisme tak perlu ditakutkan lagi. Alasannya, jantung komunisme secara internasional telah lenyap setelah berakhirnya Perang Dingin.
"Kalau pada 1960-1980 masih oke takut dengan kiri karena masih ada Uni Soviet, masih ada Eropa Timur yang basis ideologinya komunis," kata Tsabit kepada JPNN.com.
Namun, dalam hal polemik penggunaan nama Pram untuk jalan, Tsabit meminta publik melihatnya secara proporsional. Dia juga mengajak publik melihat fakta bahwa karya-karya Pram telah diterbitkan ke dalam 33 bahasa.
Oleh karena itu, Tsabit menilai Pemkab Blora sebenarnya telah arif melihat riwayat Pram.
Sosok Pram yang pernah dipenjara di Pulau Buru itu telah menebus dosa dengan menjalani hukuman 14 tahun.
Tsabit menyebut ‘dosa-dosa’ Pram juga telah terbayar dengan segudang karyanya.
Peresmian penamaan jalan baru dengan nama sastrawan Pramoedya Ananta Toer di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News