Gebyuran Bustaman Jelang Ramadan, Tradisi Ratusan Tahun Warisan Leluhur Kampung
![Gebyuran Bustaman Jelang Ramadan, Tradisi Ratusan Tahun Warisan Leluhur Kampung - JPNN.com Jateng](https://cloud.jpnn.com/photo/arsip/normal/2022/04/01/tradisi-gebyuran-bustaman-tanda-jelang-bulan-suci-ramadan-di-1tbu.jpg)
Menurut Hari, awalnya tradisi Gebyuran Bustaman menggunakan air dari sumur dan sungai. Dahulu warga menggunakan gayung untuk saling menggebyur.
Namun, seiring berjalannya waktu, kini warga menggunakan air yang dibungkus plastik.
"Meski sedikit berubah, itu tidak merubah makna," kata Hari.
Warga setempat pun mengikuti Gebyuran Bustaman dengan sukacita. Peserta Gebyuran Bustaman tampak senang meski pakaian mereka basah kuyup.
"Kami senang, tidak ada yang marah saat terkena lemparan air," tutur Endang, warga yang mengikuti Gebyuran Bustaman. Pakaiannya sudah basah sekali.
Endang mengatakan warga Kampung Bustaman selalu menantikan tradisi gebyuran itu. Menurutnya, menyambut Ramadan tak akan lengkap tanpa Gebyuran Bustaman.
"Gebyuran ini sudah ditunggu di kampung ini, kalau sudah gebyuran kesalahan dan dosa luntur," ujar perempuan paruh baya tersebut.
Dari tahun ke tahun, Gebyuran Bustaman makin meriah. Sejak 2013, warga Kampung Bustaman menggandeng komunitas seni dan budaya Kolektif Hysteria.
Kiai Kertoboso Bustam mewariskan tradisi jelang Ramadan. Tradisi dari abad ke 18 itu dikenal sebagai Gebyuran Bustaman.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News