Dahulu Dijuluki Desa Miskin, Bojongnangka Kini Jadi Rujukan Studi Banding

Lalu, baru pada 2020 ada pendampingan dari BKD dan kerja sama Bank Jateng, memberikan bantuan alat pengayak sampah, bangunan rongga untuk fermentasi, tempat sampah, dan becak pengangkut sampah.
"Nah, saat itu produksi pupuk organik bisa beroperasi,” ungkap Wahmu.
Sejauh ini, kata dia, mesin pembuat pupuk organik tersebut mampu menghasilan sekitar satu ton kompos dalam sebulan.
“Hasil pembuatan kompos tidak dijual belikan, tetapi diberikan ke petani secara gratis dalam rangka membantu mengurangi kebutuhan pupuk,” terang Kades.
Dia membeberkan keberhasilan dalam mengelola pupuk berbahan sampah organik dari warga itu, kemudian dikembangkan menjadi eduwisata sawah.
Selain bisa belajar mengelola pertanian dengan pupuk organik, pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas desa dan berswafoto.
“Sekarang kami mengembangkan menjadi wisata edukasi sawah. Kami namakan Gatra Kencana. Beberapa daerah datang ke sini untuk studi banding, seperti Brebes, Tegal, Pekalongan, dan Demak. Sejak dibuka Desember lalu, kini sudah mampu memberi pemasukan Rp 500 juta,” jelasnya.
Ditambahkan, saat proses pendampingan, Pemprov Jateng juga memberikan bantuan rehab rumah tidak layak huni bagi tiga warga.
: Bojongnangka tak akan lagi menyandang predikat desa miskin. Sentuhan Pemprov Jateng menjadikan desa itu jadi rujukan keberhasilan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News