Pemkab Boyolali Dorong Kolaborasi Antar-Stakeholder untuk Basmi PMK
![Pemkab Boyolali Dorong Kolaborasi Antar-Stakeholder untuk Basmi PMK - JPNN.com Jateng](https://cloud.jpnn.com/photo/jatim/news/normal/2022/12/31/pemerintah-kabupaten-boyolali-saat-sedang-melakukan-suntik-v-xp3i.jpg)
jateng.jpnn.com, BOYOLALI - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih menjadi momok bagi peternak sapi, khususnya di wilayah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Kolaborasi antara akademisi, pemerintah, swasta, media, dan masyarakat menjadi penting.
Kepala Bidang Usaha Peternakan dan Kesmavet, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali Gunawan Andriyantaa mengatakan dampak dari PMK di Boyalali sangat besar.
"Sapi bisa saja mati dan jika dipotong, harganya akan anjlok drastis, apabila sembuh, produksi susunya juga berkurang," terangnya dalam vaksinasi pendampingan peternak yang diselenggarakan oleh PT. Sarihusada Generasi Mahardhika (Sarihusada), Kamis (29/12).
Menurut Gubawan, Boyolali memproduksi 51,56 juta liter susu per tahun pada 2021, atau sekitar 60% dari produksi seluruh Jawa Tengah.
Tercatat ada sekitar 94.698 ekor sapi perah tersebar di seluruh Boyolali. Namun, saat ini hanya tersisa 62.387 ekor sapi perah.
"Kondisi ini bukan saja berdampak pada kesejahteraan peternak, tetapi juga mempengaruhi ketersedian pasokan susu sebagai bahan baku," ujarnya.
Ketua Satuan Tugas PMK, Prof. Dr. drh. Aris Haryanto mengatakan bahwa PMK merupakan salah satu penyakit menular pada hewan yang paling ditakuti oleh negara-negara di dunia.
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masih menjadi momok bagi peternak sapi, khususnya di wilayah Kabupaten Boyolali.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News