Nestapa Warga Semarang, Tahun Baru 2023 Dikepung Banjir

Selama tinggal di daerah sisi utara Kota Lumpia hampir 25 tahun, bisa dikatakan dia hafal dengan tanda akan hadirnya banjir. "Kalau hujan terus menerus tanpa henti sampai lima jam lebih, sudah otomatis air masuk rumah. Apalagi ditambah daerah atas juga hujan," ujarnya.

Meskipun selalu terdampak, dia tetap tinggal menetap tak mau mengungsi. Bersama istri dan ketiga anaknya dia bertahan di lantai dua rumahnya. Tak sedikit dia membantu tetangganya yang menitipkan barang-barang.

"Rumah, saya fungsikan juga sebagai posko penitipan barang elektronik atau yang bisa dibawa ke lantai dua," katanya, sembari menerangkan telah meninggikan pondasi rumahnya setinggi dua meter.

Dikatakannya, walau sama-sama menjadi korban bencana, seluruh warga saling bergotong royong demi meringankan beban atau dampak yang ditimbulkan banjir. "Ini adalah kado setiap tahun baru," ujarnya, tertawa tak terelakkan.

Serupa dengan Martono, Sri Pujiati (35) pun mengatakan bahwa kedatangan banjir di awal tahun sudah pasti terjadi. Dia tak menampik bahwa tempat tinggalnya rendah karena penurunan muka tanah menjadi langganan banjir.

"Semarang banjir, pasti Trimulyo yang paling parah," kata Sri, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik ini. Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Genuk merupakan satu di antara wilayah yang sering dilanda banjir.

Tampaknya, selain banjir karena hujan deras, akibat air laut juga dirasakan oleh warga Villa Marina, Kecamatan Semarang Barat. Sejak Sabtu (31/12) lalu hingga sekarang, rob masih menggenangi kawasan elit tersebut karena tanggul penahan ombak jebol.

"Ombaknya begitu hebat, hingga merusak tanggul," kata Yulianto (42), warga setempat yang memilih tak mengungsi.