Petani Pegunungan Muria Menjerit, Pemkab Ditagih Solusi
jateng.jpnn.com, KUDUS - Petani di kawasan Pegunungan Muria mulai merasakan dampak ekploitasi air gunung di wilayah setempat. Masalah air dalam beberapa musim ke belakang membuat produktivitas hasil panen turun tajam.
Sutikno, petani asal Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, berharap ada solusi atas masalah pemanfaatan air dari Pegunungan Muria dengan pembagian secara adil agar petani tetap bisa bercocok tanam.
"Sejak ada eksploitasi air Pegunungan Muria secara besar-besaran, sektor pertanian terkena dampaknya karena petani tidak bisa tanam seperti biasanya," katanya seusai beraudiensi dengan Bupati Kudus Hartopo di Pendopo Pringgitan Kabupaten Kudus, Senin (10/1)
Ia bercerita, sebelum eksplotasi air secara besar-besaran terjadi dirinya bisa menanam hingga tiga kali musim tanam.
Namun, saat ini untuk bisa menanam pada musim tanam ketiga harus mengandalkan air hujan lantaran air dari pegunungan sudah tidak bisa diharapkan.
"Beberapa kali menanam tanaman kacang tanah pada musim tanam ketiga gagal terus," terangnya.
Ia pun mengungkapkan bahwa produktivitas tanaman kacang yang seharusnya bisa mencapai 2 ton, menurun drastis dengan hanya menghasilkan 1,3 kuintal.
Untuk itulah, kata dia, petani berharap ada pembagian dalam pemanfaatan air dari pegunungan, baik untuk petani, rumah tangga, maupun untuk kepentingan usaha.
Eksploitasi besar-besaran terhadap air dari Pegunungan Muria berdampak langsung terhadap para petani di sana. Produktivitas hasil panen turun tajam.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News