Pegiat Sastra Semarang Masih Berduka Atas Kepergian Joko Pinurbo: Puisinya Membekas di Hati
![Pegiat Sastra Semarang Masih Berduka Atas Kepergian Joko Pinurbo: Puisinya Membekas di Hati - JPNN.com Jateng](https://cloud.jpnn.com/photo/jatim/news/normal/2024/04/30/joko-pinurbo-jokpin-foto-instagram-joko_pinurbo-uyjdz-1rpo.jpg)
jateng.jpnn.com, SEMARANG - Kalangan sastrawan masih berduka atas wafatnya penyair kenamaan Indonesia, Joko Pinurbo. Seperti yang diungkapkan oleh pegiat komunitas sastra Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) Istiqbalul Fitriya, dan Widyanuari Eko Putra.
Lelaki yang akrab disapa Jokpin itu meninggal dunia pada usia 61 di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, Sabtu (27/4) sekitar pukul 06.03 WIB. Jokpin dimakamkan di Pemakaman Demangan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman pada Minggu (28/4).
"Selamat jalan, Pak. Kini, kau benar-benar telah berpulang ke rumah Tuhan yang merdu yang menerimamu dan segala kicau burung dalam kepalamu," kata Istiqbalul kepada JPNN.com, Selasa (30/4).
Perempuan yang akrab disapa Isti tersebut mengatakan berpulangnya Jokpin mengingatkan wafatnya Chairil Anwar, 75 tahun silam yang tanggal kematiannya diperingati sebagai Hari Puisi Nasional, 28 April.
Isti mengenang perjumpaannya bersama Jokpin. Pertemuan pertamanya terjadi saat dirinya mengikuti kelas puisi di Yogyakarta pada 2016 lalu. Kala itu, dia masih duduk di bangku kuliah.
"Tidak lama, hanya sekilas. Cuma kenalkan diri kalau saya salah satu pembaca puisi-puisi beliau, juga memperkenalkan diri kalau saya dari Kolektif Hysteria, Semarang," ujarnya.
Mendengar Kolektif Hysteria, Jokpin menyahut. Rupanya penulis buku puisi berjudul Celana yang diterbitkan 1999 itu memiliki kenangan dengan Kolektif Hysteria Semarang.
"Wah, Hysteria, Semarang, saya pernah bermalam di sana, banyak nyamuk, katanya sambil terkekeh. Nanti, kalau di Jogja, mampirlah," ujar Isti menirukan ucapan Jokpin.
Pegiat Sastra Semarang menyebut puisi Joko Pinurbo membekas di hati.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News