Pagi yang Merepotkan, Teater Perempuan Berpisah dengan Anak & Keluarga Kecilnya
Drama therapy memfasilitasi perubahan melalui proses drama, terapi ini menggunakan potensi drama untuk merefleksikan dan mengubah pengalaman hidup si aktor, pasien atau klien untuk dapat mengkespresikan dan mengatasi masalah-masalahnya.
"Proses awal adalah membuat Salma merefleksikan kisah hidupnya dalam tulisan. Mulai dari catatan harian, puisi, hingga coretan-coretan lainnya. Berbagai tulisan itu kami kumpulkan untuk menjadi teks pertunjukan," kata Khotibul Umam, sutradara.
Dosen Sastra Indonesia Universitas Diponegoro (Undip) itu menuturkan salah satu yang harus digarisbawahi dalam penggarapan ini adalah menjadikan proses sebagai sebuah "ruang aman" bagi Salma dan seluruh tim produksi.
"Jangan sampai proses ini menjadi pemicu munculnya trauma masa lalu. Syukur-syukur malah menjadi wahana rekonsiliasi terhadap luka. Lahir dan batin," kata Umam.
Selain membuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak dan individu, pertunjukan ini juga ingin mengobarkan api kesenian teater di Kota Semarang. Pasalnya eksistensi komunitas teater profesional dan teater kampung di Kota Semarang tidak banyak.
Selama ini, geliat pertunjukan seni teater banyak diisi oleh kelompok atau komunitas teater kampus dan pelajar. Pertunjukan ini diharapkan menjadi pemantik kelompok teater bisa menggunakan gedung baru TBRS ini.
"Semoga ke depan lebih banyak kelompok teater yang bisa memanfaatkan gedung ini dan kembali meramaikan TBRS. Kita akan lihat bersama bagaimana fasilitas baru ini ketika digunakan untuk pertunjukan teater," kata Ketua HAE Theater, Ahmad Khoirul Asyhar.(mcr5/jpnn)
Kisah nyata perempuan berpisah dengan anak & keluarga kecilnya diangkat dalam pertunjukan teater Pagi yang Merepotkan.
Redaktur : Danang Diska Atmaja
Reporter : Wisnu Indra Kusuma
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News