Ratusan Burung dari Bali Mati Setiba di Solo, Pedagang: Tak Pernah Separah Ini!

Pria yang akrab disapa Warjo itu menjelaskan, dalam setiap pengiriman, pemasok biasanya menyediakan air. Agar tidak kering minuman burung diberi kapas.
"Kalau lama diperjalanan kemungkinan akan mengering dan menyebabkan burung mati," kata dia.
Dikatakan Warjo, pengiriman biasanya berlangsung selama 2 hari dan jika ada burung yang mati selama perjalanan akan ditanggung 50 : 50 oleh pemasok dan pedagang.
"Kalau sudah sampai di pasar selang berapa hari baru menjadi tanggung jawab pedagang," papar dia.
Warjo pun secara tegas mengatakan agar pengiriman dilakukan tepat waktu dikarenakan burung yang diperjualbelikan di Pasar Burung Depok, Solo, bukanlah burung yang dilindungi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
"Memang dari BKSDA setelah adanya pandemi ini memang agak susah. Pengiriman dari Sumatra dan Kalimantan itu agak susah sekarang," paparnya.
Bagi Warjo, kematian burung dalam proses pengiriman itu sudah biasa, tetapi tidak separah dengan peristiwa kali ini.
"Tak pernah separah ini. Kalau di kios C itu, kategori burung A ya seharga Rp 20.000 - Rp 30.000. Tinggal dikalikan," imbuh dia.
Ratusan burung tergeletak tak bernyawa di dua kios Taman Pasar burung Depok, Solo Selasa (22/02) siang. Ini dugaan sementaranya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News