Hotel Dibya Puri: Saksi Bisu Pertempuran Lima Hari di Semarang
Saksi Bisu Kunjungan Tokoh-tokoh Nasional
Selain perannya dalam sejarah perlawanan melawan penjajahan Jepang, Hotel Inn Dibya Puri juga menjadi saksi bisu dari kunjungan beberapa tokoh nasional yang sangat dihormati. Sejak didirikan pada abad ke-19, hotel ini dikenal sebagai salah satu penginapan terbaik di Semarang.
Pada masa itu, Semarang merupakan salah satu kota dagang penting di Jawa, dan hotel ini menjadi destinasi utama bagi para pengunjung yang ingin menginap dengan fasilitas terbaik.
"Pada akhir 1800-an, hanya ada dua hotel mewah yang dikenal di Semarang, yakni Hotel Jansen dan Hotel Dibya. Keduanya merupakan pilihan utama bagi para tamu penting, baik dari dalam negeri maupun luar negeri," ujar Johanes.
Salah satu tokoh yang pernah singgah di hotel ini adalah RA Kartini, pejuang perempuan yang memperjuangkan emansipasi wanita. Kartini dikenal sering berkunjung ke Semarang dalam rangka memperjuangkan pendidikan perempuan. Selain Kartini, presiden pertama Indonesia Soekarno juga pernah menginap di hotel ini, terutama saat kunjungan-kunjungan resminya ke Semarang.
Tidak hanya Soekarno, presiden kedua Indonesia Soeharto juga memiliki hubungan khusus dengan Hotel Dibya Puri. "Pada masa Orde Baru, Soeharto bahkan mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan pegawai negeri yang menghadiri acara di Semarang untuk menginap di Hotel Dibya Puri," ungkap Johanes.
Namun, seiring waktu, kejayaan hotel ini mulai pudar. Hotel yang dahulu merupakan lambang kemewahan dan prestise kini hanya tinggal kenangan. Meski demikian, kehadiran tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia memberikan nilai lebih bagi hotel ini sebagai salah satu situs budaya yang harus dilestarikan.
Cerita dari Mantan Karyawan
Hotel Inn Dibya Puri yang terletak di jantung Kota Semarang tepatnya di Jalan Pemuda merupakan salah satu bangunan ikonik yang menyimpan cerita panjang.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News