Sosiolog Komentari Kasus Bocah Bakar Rumah Nenek di Banyumas
jateng.jpnn.com, BANYUMAS - Sosiolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Tri Wuryaningsih angkat bicara menanggapi kasus bocah bakar rumah nenek angkatnya di Banyumas, Jawa Tengah.
Menurutnya, anak-anak sekarang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat kompleks.
"Artinya, anak itu sekarang tidak melihat dari apa-apa yang ada di keluarganya dan lingkungan sekitarnya, tetapi mereka juga melihat dari apa yang ada di media sosial, di internet," ujarnya, Jumat (16/6).
Ketika terhubung dengan dunia semacam itu, kata dia, anak-anak dihadapkan dengan berbagai masalah dan kemudian muncul-muncul figur baru yang menjadi teladan bagi mereka, terutama dari media sosial yang menghadirkan sesuatu serba glamor.
"Hal itu mengakibatkan mentalitas anak menjadi labil dan minder, misalnya beranggapan jika ingin diterima di lingkungannya harus memiliki sesuatu yang sama seperti teman-temannya," ujar Tri.
Dalam hal ini, kata dia, ketika anak-anak yang lain memegang gawai, sedangkan anak tersebut tidak punya, yang bersangkutan merasa minder dan lingkungan juga tidak ramah saat melihat situasi itu.
Menurut dia, hal tersebut menjadikan anak itu kurang dalam kematangan berpikir ataupun emosionalnya, sehingga kalau meminta sesuatu selalu memaksa atau harus dipenuhi tanpa memahami bagaimana kondisi keluarganya.
"Apalagi anak yang melakukan pembakaran rumah itu hidup bersama nenek angkatnya. Dia berkembang pada lingkungan yang tidak penuh kasih sayang, artinya kasih sayang yang seharusnya diperoleh dari kedua orang tuanya, dia tidak dapatkan," tuturnya.
Sosiolog Unsoed mengomentari kasus bocah bakar rumah nenek angkatnya di Banyumas lantaran tidak diberi uang.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News