Wali Kota Semarang Paparkan LKPJ di Depan Legislator, IPM Tinggi hingga Menuju Zero Stunting
Sedangkan berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting Kota Semarang pada 2022 menurun menjadi 10,40 persen dibandingkan dengan 2021 sebesar 21,3 persen.
Pencapaian penurunan angka stunting ini tidak terlepas dari semangat Bergerak Bersama antara pemerintah dengan seluruh stakeholder di Kota Semarang.
Berbagai upaya dilakukan, mulai dari Pemberian Makanan Tambahan Lokal, Rumah Gizi Pelangi Nusantara, dan Day care Rumah Pelita (Penanganan Stunting Lintas Sektor Bagi Baduta).
Inovasi lain yakni, melalui CEMPAKA atau Cegah Stunting Bersama Pengusaha di Kota Semarang. Ada pula kelas ibu balita dan kelas ibu hamil melalui program ROBERTO CARLOS (Intervensi Promotif Ibu Hamil Serta Mentorship Untuk Cegah Anemia Dan Kurang Energi Kronis).
Termasuk program pendampingan calon pengantin melalui program TUGU MUDA (Calon Pengantin Bugar Produktif Menuju Keluarga Idaman), Edukasi dan Aksi Bergizi di lingkungan sekolah melalui program PITERPAN (Pelayanan Dan Edukasi Kesehatan Terpadu Pelajar Kota Semarang).
Penanganan stunting juga dilakukan dengan melibatkan milenial dalam penanganan stunting melalui program MELON MUSK (Milenial bergerak bersama Menuntaskan Stunting di Kota Semarang).
"Serangkaian inovasi dan upaya tersebut harapannya dapat terus menekan angka stunting menuju zero stunting di akhir 2024," ujarnya.
Tak hanya itu, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Semarang terus mengalami peningkatan. Bahkan, Semarang berada di atas LPE Jawa Tengah bahkan Nasional.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun Anggaran 2023.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News