Sejarah Literasi Kota Solo Coba Lagi Diruwat dengan 3 Bemo
![Sejarah Literasi Kota Solo Coba Lagi Diruwat dengan 3 Bemo - JPNN.com Jateng](https://cloud.jpnn.com/photo/jatim/news/normal/2022/02/17/beberapa-anak-saat-sedang-menjajal-layanan-bemo-pustaka-di-b-a7im.jpg)
"Yosodipuro menulis Serat Wulang Reh, Paku Buwono IV menulis Serat Wulang Sunu, Mangkunegara IV menulis Serat Wedhatama, Paku Buwono V menulis Serat Centhini dan tentunya Ki Padmosusastra dan Ranggowarsito,” papar dia.
Tradisi literasi di Kota Solo pun makin kuat dengan diadakannya Kongres Bahasa Indonesia pertama di kota Solo, pada 1938.
Mufti menuturkan, adanya Museum Radya Pustaka dan perpustakaan Rekso Pustaka Mangkunegaran menjadi bukti bahwa Kota Solo peduli pada perkembangan sastra sejak dulu.
“Kota Solo dipilih tentu saja karena dianggap terdepan dalam literasi saat itu, Sejarah panjang literasi di Kota Solo ini menjadikan Solo sebagai kota pustaka dan pujangga,” lanjut dia.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa menambahkan inovasi tersebut adalah untuk mendekatkan pelayanan langsung ke masyarakat.
"Itu nanti akan keliling di lima kecamatan, besok akan kami tambah," ujarnya. (mcr21/jpnn)
Solo memiliki sejarah panjang sebagai kota literasi. Dari masa Keraton Kasunanan hingga masa penjajahan, literasi masih sangat kentara di kota ini.
Redaktur : Sigit Aulia Firdaus
Reporter : Romensy Augustino
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jateng di Google News